Selasa, 17 Desember 2013

Perakit Rindu: Hujan

Ketika sang tirai tertutup
sang mendung murung
pilar-pilar langit menggeliut menciut
Desau angin berbuah desir semilir
cagar alam menyeringai
pohon tanpa ranting
ranting tanpa dahan
dan dahan tanpa daun
berharap pada reruntuhan awan
Awan berwajah kusam yang siap mencucurkan butir-butir air matanya; berlinang bak intan berlian
Dan aku pun, juga sedang bersandar pada tembok harapan tentangnya
(Hujan).

Dan akhirnya, pesta para peri dimulai, pada akhir terang, senja, ya.
Mereka sebar serbuk-serbuk penyejuk, kemudian menari dalam alunan takbir yang dihasilkan hujan
Sang Esa telah menunjukkan keagungannya
Membasahi seluruh alam semesta dengan karya indah-Nya. Hujan.

Ketika matahari tak kunjung berdiri, meski nafasnya masih terkenang melalui celah-celah pecah sang mendung.
Geliat jemarimu dingin, kaku kuku kakimu beku
Pelupuk matamu basah, dan rindumu akan segera mewabah.


Surabaya, 17 Desember 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar