Jumat, 28 Maret 2014

Rindu Basah


Segala yang pernah kulakukan, segala yang pernah kuperjuangkan, segala yang pernah kukorbankan. Semata-mata hanya untuk kau yang kuindahkan, kukagumkan. Kau yang terindah. Kau mahir dalam membuatku merindu, kau hebat dalam membuatku mencinta. Kau. Kaulah yang benar kumaksud. Sedangkan aku? Tentu kau mengenalku, aku yakin itu. Tentu kau tahu aku mencintaimu dengan amat sangat. Aku mencintaimu dengan segala keterbatasanku yang sebenarnya tak seluas cintaku yang tak terbatas untukmu. Terlepas dari kalimat bertele-tele. Sungguhlah, aku mencintaimu.

Bunga, kekasihku. Sejatinya dulu aku malu saat memiliki harapan akan memilikimu, aku iba terhadap rapuhnya diriku. Aku ringkih. Aku. Melihatmu saja terkadang aku tak bernyali, ciut. Namun keadaan malah berbeda, tak seperti yang kubayangkan. Yang kuharapkan malah dikabulkan. Kini aku milikmu, kini kau milikku. Kini kita saling memiliki. Kita. Sering kukatakan serba-serbi kemampuanku, sering kuceritakan padamu apa-apa saja yang dapat kulakukan untukmu. Setia, menyemangatimu dari belakang, melindungimu dari depan, menggandengmu dari samping. Menjagamu. Sekali lagi, aku mencintaimu.

Tahukah kau? Kini aku merindukanmu.

Aku merindukanmu. Rindu ini. Ini bukan soal jarak dan waktu. Aku merindukanmu. Tak peduli setelah kapan sehabis kita bertemu. Sebentar. Aku tak peduli. Seberapa dekatnya kau saat ini. Aku hanya buta jika tak sedang bersamamu. Aku tak peduli. Sekedip, Beberapa menit. Aku tak peduli. Sejangkah, beberapa meter. Aku tak peduli. Tetap saja aku merindukanmu.

Bunga, terkasih. Aku tak mampu menuliskan apa-apa tentang persoalan rindu-merindu. Aku tak begitu mengerti tentang abjad apa: vokal konsonan apa yang harus kulukiskan saat kumerindu. Aku takut kau salah paham jika semua yang telah tertulis disini nanti adalah gombal atau hanya sekadar rayuan. Bukan. Bukan itu yang kumaksud. Yang kumaksud adalah, jika sekarang ini aku benar-benar merindukanmu.

Teruslah baca, Bunga.

Biarlah bumi tak lama lagi mati, biarlah langit tak betah mencumbui rembulan lagi, biarlah pagi atau siang nanti mereka pergi. Biarlah. Biarkan aku tetap masturbasi dikamarku yang terlalu pengap ini. Meski begitu, tolong jangan berhenti membuatku merindu, sayang. Aku lebih memilih kehilangan segalaku daripada aku harus melepaskan begitu saja rasa rindu ini. Aku akui, pikiranku semakin liar saat merindukanmu. Semakin tak dapat kutahan penat. Pekat pun tak segera enyah. Hawa panas kuasai kamar. Penuh rindu. Penuh nafsu. Maka masturbasilah aku.

"Mas....... Mie instannya sudah jadi."

"Mas.......?" Teriak seseorang dari luar kamar.

Oh sial! Aku bingung gelagapan saat membenahi celanaku yang tengah melorot, kulorot. Aku memang memesan mie goreng beberapa menit tadi, karena aku sukar menunggu, maka kusuruh sang penjual untuk mengantarkannya ke kamarku.

"Iya mas, sebentar." jawabku dari dalam kamar. Kemudian kubuka pintu kamar.

"Uangnya nanti ya mas, tak bayar sekalian pas mengembalikan mangkuk."

"Oh, iya mas ndak apa-apa." ucapnya, lalu pergi.

Aku kembali menutup pintu kamarku, kemudian kembali kuhisap aroma lehermu, kucecap perlahan pipi kenyalmu, kujilat-jilat penuh nafsu sebagian dari wajahmu. Begitu panas. Kau menggoyang-goyangkan tubuhmu saat kucumbu. Mungkin kau juga merasakan kenikmatan luar biasa yang sama seperti aku.
Benar-benar kunikmati saat-saat seperti ini. Mencumbui, menikmati mie instan sebagai pelampiasan rinduku padamu. Walau mie instan jauh kalah banding denganmu.

Setelah menghabiskan semangkuk mie tadi, aku lelah, aku kenyang, aku puas. Aku serasa habis mencumbuimu, menghabisimu. Aku merebahkan tubuhku. Kini aku tak lagi memperdulikan penisku yang sudah tak lagi menegang. Aku melemaskan otot-otot kerinduanku. Kembali aku merindukanmu. Sesekali memanggil namamu. Sesekali menengok fotomu. Lukisan wajahmu. Indah. Bahkan aku tak yakin ada hal yang lebih indah dari bundar wajahmu. Belum sampai situ aku merindukanmu. Entah apa itu, seperti sosok perempuan didepan pintu. Remang-remang hingga tampak. Jelas. Itulah sosokmu, sembari tersenyum simpul kau menghampiriku perlahan. Berjalan. Aku mengucek-kucek mataku berkali-kali. Kau malah semakin nyata. Kau memanggil namaku,  kau berhasil meraih tanganku, kau seperti ingin mengajakku ke suatu tempat. Tentu aku tak peduli. Walau ini hampir tak masuk akal. Aku bangun dan mengikuti langkahmu. Kau mengajakku keluar kamar. Berjalan.

"Kita mau kemana, sayang?" tanyaku sembari tanganku masih kau genggam.

Kau diam, kau malah hanya sekadar tersenyum menanggapi kebodohanku.

"Kita mau kemana?" kembali ku bertanya.

Lagi-lagi kau malah hanya tersenyum. Sial! Aku hanya bisa terbisu menuruti kemauanmu. Aku tak mengerti apa tujuanmu. Aku tak lagi ingin bertanya. Kali ini, aku hanya bisa turut dan larut terhadapmu.

Kita berjalan sudah sangat jauh, melewati belantara, menaiki tebing, menuruni kaki bukit, menjelajahi semesta. Setelah beberapa hari kita berjalan. Kita tetap saja berjalan. Kau tetap saja berjalan menggandengku, menarikku. Lelah tak kuhiraukan. Aku sama sekali tak ingin makan atau minum. Hei! Aku tak ingin terlihat cengeng di depanmu, sayang. Entah aku akan kau ajak kemana, entah aku akan baik-baik saja atau tidak. Entahlah. Tiba-tiba kau menghentikan langkahmu.

"Kau lelah?" tanyamu dingin.

"Tidak kok, memang kita mau kemana to?" lagakku kebingungan.

Kau kembali tersenyum. Senyumanmu semakin membuatku luluh. Diam. Kau kembali tak menjawab pertanyaanku setelah ku tanya akan kemana. Kau kembali pada pandanganmu, dan berjalan. Berjalan. Kita berjalan sudah sangat jauh. Aku bahkan lupa, berapa hari, berapa minggu atau bahkan berapa bulan kita berjalan. Yang aku tahu, aku sangat bahagia. Aku sedang tak merasakan lagi pahitnya merindu. Ya, karena aku sedang berjalan. Sedang bersamamu. Kembali pagi, siang lagi, sore dan malam kita lewati dengan berjalan. Berjalan bergandengan. Aku bahagia. Meski mimikmu beku, kita jarang terlibat dalam sebuah pembicaraan hangat. Karena mungkin memang kau sedang asyik membisu. Tetap saja, aku bahagia. Maka semakin jauh kita berjalan, semakin bahagia pula aku. Terimakasih Bunga, aku benar-benar bahagia bisa berjalan sejauh ini bersamamu, menggandeng tanganmu. Bahkan aku tak yakin, ada seseorang diluar sana yang lebih bahagia dariku. Aku mencintaimu.

Selama kita berjalan. Di pinggiran sana banyak yang memandangi kita. Mencibir, menggerutu perlahan. Mencoba menggulingkan niat kita. Kau tak terlihat sama sekali menanggapinya. Kau tetap menggandeng tanganku. Berjalan menuju sebuah tempat yang tak kuketahui.

"Sebentar lagi sampai." ucapmu tanpa melihat ke arahku.

"Sampai dimana? Aku mau kamu ajak kemana sih sebenarnya?"

Kau tak menghiraukanku. Langkahmu semakin cepat sembari menggandengku. Semakin cepat. Berlari. Kau berlari menarikku. Aku pun berlari mengikutimu. Semakin cepat dan "Pyaaaarr!!" Kita seperti menembus sebuah dinding kaca tebal. Kau menghentikan langkahmu. Aku terengah-engah. Kau melepaskan tanganmu dari genggamanku.

"Kita sudah sampai." katamu sambil tersenyum.

Aku terkejut. Tempat ini sepertinya pernah aku kunjungi pada saat bermimpi. Ya, tak salah lagi. Ini tempat yang aku impi-impikan pada saat bermimpi. Aku pernah kesini sebelumnya bersamamu. Namun itu hanya mimpi. Aku menelan ludah berkali-kali sambil mengusap keringat. Aku tak percaya, aku bisa benar-benar kesini. Tempat surgawi, samudera langit yang warna-warni, pepohonan terlihat rapi menyejukkan mata, hewan-hewan berbulu warna-warni yang hinggap menghiasi pepohonan, juga pendar-pendar cahaya berkilauan bak berlian terlihat tenteram mengalir seperti sebuah sungai. Sayu. Sementara aku masih terjebak dalam lamunan takjub, kau menghampiriku. Kembali kau gandeng tanganku. Tidak. Berbeda dengan yang tadi, kali ini kedua tanganku yang kau raih. Kau mengecup kedua tanganku. Aku membalas mengecup keningmu. Aku memelukmu. Dan kembali ku berpikiran mesum. Anehnya, kau tak mencegahku mencumbuimu, kau malah membiarkanku, sesekali membalasku dengan cumbuanmu. Segalanya semakin terlihat sempurna. Lengkap dengan hawa nafsu yang mengiringi. Sempurna. Terimakasih Bunga, aku mencintaimu. Sungguh.

Entah apa yang membuat semua kacau. Kau perlahan meredup, kretip-kretip hingga menghilang. Aku membuka mataku perlahan. Sial! Lagi-lagi hanya mimpi basah. Celanaku basah. Pelupuk mata basah. Rindu ini pun basah. Semua basah. Sial!

Aku melamun menangisi kejadian-kejadian indah tadi, kulihat kembali kamarku yang begitu berantakan, banyak puntung rokok bertebaran di setiap sudut kamar, lengkap dengan lalat-lalat yang mengerubungi mangkuk kotor bekas ku makan mie instan siang tadi. Oh, ternyata aku ketiduran hingga menjelang 'isya. Setelah mandi dan berganti pakaian, aku mengembalikan mangkuk yang seharusnya aku kembalikan setelah aku makan tadi.

Sial! Kini kembali ku merindukanmu, Bunga. Dan aku tak yakin aku bisa lari darinya. Merindukanmu, memang selalu seindah dan serumit ini. Aku mencintaimu. Terimakasih telah membuatku merindu. Terimakasih telah membuatku basah.


Surabaya, 2014

Selasa, 25 Maret 2014

Anjing

Biarkan ku dapati jejak ketenanganku kemarin-kemarin hari
Biarkan pagi ini ku menikmati sisa - sisa retak hati
Tentu kau tahu aku remuk sedari tadi malam semalaman suntuk hingga kembali pagi
Aku bahkan terlihat lebih hancur dari sekadar hancur

Bodoh aku bodoh
Memang tolol
Mengharapkan maaf langsung darimu itu konyol

Nyatanya pagi tadi
Lemas seluruh tubuh tertuntaskan sudah sebuah penghancuran
Mata kembali menyala walau tanpa sumbu lentera
Merah berapi - api
Aku terseok-seok tak beraturan tanpa arah
Kesana kemari keatas kesamping kemana - mana seperti burung dalam sangkar
Aku kembali hancur

Jemari kembali tertatih saat melihatmu bersenda-sendu dengannya
Anjing pemakan sampah berkalung kaleng bekas
Ia kotor menjijikkan
Bahkan lebih menjijikkan daripada sekadar anjing
Mungkin terlalu biadap bagi seekor anjing untuk memakan temannya sendiri
Tapi seolah halal baginya

Sebutlah dia, Anjing pemakan Anjing!

Sunday at Tiffany's: Bahagia bagai kanak-kanak

       

       Pada suatu waktu, ada anak kecil bernama Jane Claremont yang tergila-gila dengan teman khayalannya. Banyak yang cemas, termasuk ibunya yang bernama Vivienne, ia bahkan sering mengirim putrinya untuk terapi karena kecemasannya tersebut. Ia cemas anaknya mengalami gangguan psikis akibat perceraiannya yang pahit, yang merenggut semua harapan cinta. Sedangkan Jane sendiri sangat kurang kasih sayang dari ibunya sendiri, ia sangat membutuhkan perhatian ekstra karena ibunya adalah seorang produser Broadway, ia menghabiskan terlalu banyak waktu dengan pekerjaan dan belanja bagi banyak suami barunya. Michael mencoba untuk meyakinkan Jane bahwa cinta sejati ada. Michael adalah seorang teman khayalan yang secara acak ditugaskan untuk anak-anak yang merasa kesepian seperti Jane. Namun sayangnya, tidak ada satupun orang dewasa yang sanggup melihat keberadaan Michael. Dan teman khayalan akan pergi dan menghilang setelah anak yang di temani telah berusia sembilan tahun.

       Pada malam Natal, ulang tahun Jane yang ke sembilan, ibunya membawanya ke toko Tiffany di kota New York untuk membelikan hadiah untuk Jane, juga untuk sebuah event tahunan. Sementara ibunya berkeliling, Jane mencoba mengambil sebuah cincin berlian kuning, dan Michael mengatakan padanya bahwa suatu hari nanti itu adalah cincin kawinnya. Kemudian Michael mengatakan bahwa Jane sekarang telah dewasa dan ia harus meninggalkan dia pada pukul 5:15 pm, tepat saat waktu kelahirannya. Jane tidak memahami apa yang dikatakan oleh Michael dan memohonnya untuk tetap tinggal bersamanya, tetapi dia tetap berangkat, dan Jane hancur.  
     
       Dua puluh tahun kemudian, Jane telah dewasa. Ia akan menikahi tunangannya Hugh Morrison, yaitu seorang aktor televisi terkenal, egois, dan juga selalu mementingkan urusan pribadi dan karir. Berbeda dengan Michael yang dulu selalu ada untuknya dan mengerti apa yang ia inginkan. Saat ini Jane mengikuti langkah-langkah ibunya untuk menjadi seorang manajer teater yang tentunya akan membantu calon suaminya dalam debut teater. Suatu hari, seorang lelaki dewasa bernama Michael muncul padanya pada saat musim dingin, mengatakan padanya bahwa dia adalah teman khayalannya di masa lalu.  Awalnya Jane tidak percaya, ia berpikir bahwa Michael adalah seorang penguntit dan penipu, yang mungkin menginginkan peran dalam sebuah drama yang akan ia kerjakan. Kemudian Michael meyakinkan identitasnya dengan menceritakan semua hal-hal tentang masa lalunya dan tidak bisa dipungkiri bahwa dia memang benar-benar Michael. Perbedaannya adalah, orang lain dapat melihat Michael sekarang (ia adalah manusia).

       Michael sangat terkejut karena Jane telah banyak berubah. Jane tidak lagi mengejar cita-citanya pada waktu kecil untuk menjadi seorang penulis, tapi Jane meyakinkannya bahwa dia telah dewasa dan melepaskan beberapa impiannya di masa kecil. Jane sibuk dengan pekerjaan dan proses perencanaan pernikahannya yang melelahkan. Michael, bagaimanapun, tidak bisa pergi lagi sampai ia membantu Jane dengan apa yang seharusnya Jane inginkan. 

       Pada suatu hari, Michael membuntuti Jane yang sedang makan malam bersama tunangannya (Hugh), yang kemudian langsung bergabung bersama mereka tanpa dipersilahkan. Mereka berbincang-bincang tentang hubungan Jane dan Michael di masa kecil dulu. Michael menghadirkan pertanyaan-pertanyaan kecil kepada Hugh. Tentang makanan kesukaan Jane misalnya. Mungkin menurut Hugh, pertanyaan-pertanyaan Michael adalah pertanyaan bodoh dan sama sekali tidak penting. Hugh tidak bisa menjawab. Maka Michael segera mesimpulkan bahwa Jane dan Hugh tidak mengenal pribadi satu sama lain dengan sangat baik, dan kurangnya keserasian sebagai calon pengantin. Setelah makan malam, Michael lagi-lagi mengikuti Jane ke rumahnya, dan ia kembali merasakan hal yang berbeda. Jika dulu Michael dan Jane tidur bersama, maka sekarang Michael harus tidur di kursi sofa. Malam berikutnya, ia bergabung dia di debut panggung Hugh, dan Vivienne, ibunya sangat ngeri ketika ia memperkenalkan dirinya sebagai teman khayalan Jane pada waktu kecil dulu, dan mengatakan bahwa dia selalu berusaha untuk melindungi Jane karena kasih sayang yang besar, sebab ia telah menjadi pahit. Michael kemudian memberikan Vivienne pelukan tulus, di luar dugaannya. 

      Jane, yang telah ragu-ragu tentang pilihan pernikahannya karena dia pikir semuanya untuk Hugh harus sempurna, ia dibantu oleh Michael memilih gaun pengantin yang sempurna. Ketika dia pas, Michael mengatakan dia terlihat cantik di dalamnya. Jane kemudian segera memberitahu Michael bahwa dia melakukan kesalahan, dan bahwa mereka tidak akan pernah bisa berhubungan lagi, meskipun mereka mulai asyik mengulang kejadian-kejadian di masa kecil dan mulai lebih dekat kembali. Karena pada suatu malam, Hugh memasuki apartemen Jane dan menyela mereka saat asyik perang bantal, dan membuat Hugh cemburu. Kemudia Hugh menuntut Jane agar mengakhiri kontak dia dengan Michael. Jane mengatakan kepada Michael bahwa mereka telah bersenang-senang bersama-sama, tapi dia bukan lagi gadis kecil yang dulu pernah ia kenal, dan bahwa ia harus pergi. 
      
      Setelah kembali ke hidupnya dengan Hugh, Jane sangat yakin bahwa dia tidak mencintainya, dan bahwa Hugh terlalu egois dengan dirinya sendiri. Sementara Hugh pergi syuting film di Los Angeles, dia menghubungi Michael, yang kini bekerja di sebuah restoran. Mereka menyambung kembali dan menghabiskan malam pertama mereka bersama-sama erat. Karena sekarang Jane kembali bahagia, Michael mengatakan bahwa ia harus pergi lagi. Patah hati, Jane meyakinkannya bahwa dia tidak akan menghabiskan berpikir satu detik pun untuk mengingatnya kembali jika Michael akan benar-benar pergi.

      Sampai akhirnya pesta pernikahan Jane dan Hugh dimulai, akan tetapi Jane meninggalkan Hugh di tengah acara pernikahan, karena dia masih jatuh cinta dengan Michael. Karena hampir 5:15 malam Natal dan dia lari ke Tiffany untuk menemukan Michael. Dia melakukan tepat pada waktunya, dan mengakui cintanya kepada Michael. Tetapi Michael mengatakan bahwa dia harus pergi, menyedihkan sekali lagi. Dia pergi keluar toko dengan perasaan patah hati. Tetapi kemudian Michael muncul kembali dan mengakui cintanya dan menjelaskan bahwa ia kembali karena ia membutuhkannya. Dia memberikan cincin berlian kuning impian Jane pada waktu kecil dulu.

                                                                  ***

     Ah, pasti anda bingung dengan cerita diatas. Maka akan ku perjelas. Cerita diatas hanyalah secuil gambaran tentang film "Sunday at Tiffany's".  




        Sebuah film percintaan yang mungkin belum pernah anda lihat. Sunday at Tiffany's adalah novel roman yang ditulis oleh James Patterson dan Gabrielle Charbonnet dan dirilis pada tanggal 29 April 2008. Dan ditayangkan pada 6 Desember 2010. Memang sangat klasik dan usang. Saya akui, pertama kali saya menonton film ini adalah secara tidak sengaja. Pada waktu itu, film ini ditayangkan di salah satu stasiun TV pada dini hari sekitar pukul 02.00. tetapi saya sangat kagum kemudian menyukainya. Bagaimana perjuangan cinta sejati telah dicerminkan melalui perjuangan Michael dan Jane, bagaimana Jane rela membatalkan pernikahannya demi Hugh, dan bagaimana Michael rela tidak lagi bisa kembali ke dunia dimana ia berasal demi Jane. Juga bagaimana mereka rela dan tanpa malu bertingkah seperti anak kecil demi sebuah kebahagiaan yang hakiki. Dan ada satu lagi, satu hal yang pernah diajarkan Michael kepada Jane, yaitu bahwa "terkadang peraturan dibuat hanya untuk dilanggar."  Hal itu dikatakan Michael ketika Jane ragu berbuat sesuatu yang membahagiakan, yang melanggar peraturan tentunya.
Jancuk! Ini keren! Andaikan semua orang tidak sok dewasa dan egois. Saya yakin, kebahagiaan tidak sulit didapat. Meski terkadang harus melanggar peraturan. Ya, karena terkadang peraturan dibuat memang hanya untuk dilanggar.  Dan tolong perhatikan kalimat mutiara dari seorang filusuf handal Arthur Schopenhaver ini, bahwa "Agar hidup bahagia, hiduplah seperti kanak - kanak." Tak pelak lagi, jangan malu bergaya hidup seperti anak kecil. Asalkan itu bahagia, mengapa tidak?


Selasa, 11 Maret 2014

Malam 2

Pagi, siang dan sore
Itulah komposisi senja
Porsi santapan sehari - hari sang malam

Berkuasa tanpa lelah
Setengah hari mengisi hari

Berkibar tanpa goyah
Merengkuh langit walau tanpa cahaya

Berdiri tanpa patah
Mengusung setiap syukur dari para penghuni malam:

'Oh Tuhan
Sebeginikah kami mengagumi malammu
Pun terkadang penuh aroma hawa kenistaan
Para muka cabul yang berkeliaran disana
Serta para banci dan waria yang sok wanita
Pernahkah aku peduli akan hal itu?
Terimakasih Tuhan
Telah menciptakan sesuatu seganas malam'


(Post script: Menunggu ajang Liga Champions di mulai sambil menikmati kacang rebus dan menyantap distorsi hangat lagu - lagu dari Metallica)

Malam

Lihatlah penghuni langit yang sedang tidak sama sekali pada tempatnya
Entah sembunyi atau bahkan lari ketakutan
Bagaimanapun itu, ini bukan urusan saya
Entah itu ataupun ini, bukankah semuanya urusan sang Adiraja?

Lihatlah wajahku setelah masturbasi pagi tadi; kusut; penuh dosa
Persetan dengan pagi tadi
Ini sudah tengah malam
Lupakan pagi tadi
Ini saatnya peduli dengan malam
Jika persetan dengan para setan malam?
Maka lupakan para bidadari dan malaikat pagi tadi
Lagi-lagi pula, mereka urusan Tuhan sang Adiraja

Lihatlah sang malam
Segalanya termakhtub disana:
(Pun itu terkesan jalang)
Tawa bahak para muda-mudi yang sedang asyik beromong - omong kosong
Asap - asap nikotin yang lalu - lalang, hilir - mudik; beterbangan
Cahaya - cahaya caffein yang bertebaran, bertaburan; berkilauan
Tak jarang aroma - aroma alkohol yang juga turut menghiasi, mengisi kekosongan malam;
Menambah kesan gila terhadap sang malam

Sebegitu meriahnya malam
Sebegitu megahnya malam
Tertawalah;
Mari menertawakan bancinya pagi hari!

Sabtu, 08 Maret 2014

Penidur pagi


Pagi memang selalu memuakkan
Suara ayam sok jantan yang menyakitkan
Kesibukan para budak yang menyedihkan
Persaingan para Tuan yang menjijikkan
Semua di mulai di pagi hari

Entah apa yang bisa kau petik dari sebuah pagi
Pagi memang selalu penuh akan keterpaksaan
Pagi memang selalu penuh kemunafikan
Lihat saja kemunafikan mereka
Mereka yang rela beranjak dari surga mimpi menuju kamar mandi
Mereka yang hilir - mudik berkantung mata hitam memenuhi pagi

Bagaimana denganku?
Masa bodoh dengan ocehan ayam tak berotak
Persetan dengan para Tuan yang tengah asyik memperkosa budaknya
Aku malah asyik dengan dunia malamku
Dunia dengan kemegahan rona tanpa terik matahari yang membakar

Maaf pagi, aku terlanjur tunduk pada malam
Aku terpaksa menidurimu, pagi ini

Sabtu, 01 Maret 2014

Balada Rock Pedesaan


Musik rock. Memang sudah tak lagi tabu bagi kebanyakan umat, khususnya di kalangan remaja. Di kalangan remaja, musik rock seakan menjadi senjata tersendiri, entah itu di gunakan untuk menunjukkan identitas sebagai rocker atau hanya sekedar di nimati saja oleh para penikmat musik rock, bahkan ada juga yang hanya sekedar pamer - pamer biar bisa di bilang wah. Dalam kalangan anak muda, biasanya Punk rock lebih dominan di minati ketimbang subgenre rock lainnya, karena dengan gaya aliran ini yang sangat agresif, menggambarkan jiwa muda yang pemberani dan jiwa pemberontak. Dan Punk rock seakan telah melekat dan telah menjadi bagian penting dari semangat kaum muda yang dinamis dan energik. Maklum lah, darah muda bung!

Kembali ke musik rock. Musik yang terkenal ampuh menggoyang - goyangkan selaput gendang telinga ini bahkan juga di minati oleh kalangan tua, bapak - bapak, atau pun kakek - kakek. Orang tua biasanya lebih gemar dan lebih nyaman mendengar Rock blues, Folk rock, Glam rock dan Hard rock. Karena selain rada kalem, (bukan kalem sih) musik dari aliran - aliran ini mengalir perlahan dan nikmat saat di dengar, walaupun di dengar oleh telinga keriput kakek - kakek.

Tanpa ba - bi - bu lagi, saya akan segera menuntaskan pembahasan saya, yaitu mengenai kondisi musik rock di wilayah pedesaan. Musik rock memang sudah jarang lagi di temukan bertengger di area pedesaan, area yang masih kental dengan etnik kebudayaan, adat/tradisi maupun keagamaan. Biasanya, orang awam lebih suka menggemari musik dangdut, campursari dan pop (pol banter).
"Kalau dangdut masih melayu, campursari masih suci dan pop masih puitis" Tentu bukan masalah. Namun di era sekarang, dangdut bukan lagi dangdut. Kalau dahulu, musik dangdut lebih dominan dengan cengkok merdu suara sang penyanyi, dan lirik - liriknya pun juga berisi ajakan - ajakan kebaikan. Seperti lagu - lagu yang di bawakan oleh raja dangdut Bang Haji Roma irama. Sekarang? Suara hancur bukan masalah, yang penting body dan cengkok tubuh memikat para lelaki hidung belang, liriknya pun sering mengarah ke hal - hal pornoaksi. Dangdut koplo misalnya. Sungguh tak berbobot dan dapat merusak moral bangsa Indonesia yang agung dan suci. *Oposeh?

Lalu bagaimana dengan musik pop di pedesaan? Marak pastinya, tetapi ironis menurut saya. Saya akui saya juga pernah menjadi penggemar musik pop, khususnya pop dalam negeri. Tetapi itu dulu, ketika lirik - lirik yang di gunakan masih puitis dan penuh teka - teki. Tidak terlalu lebay dan blak - blakan seperti lirik yang di gunakan band - band pop di era sekarang. Dulu saya sangat kagum dengan lagu - lagu dari Jikustik. Bagiku, lagu - lagunya memiliki unsur lirik yang penuh arti, dan tak jarang lho, lirik dari lagu - lagunya pernah saya gunakan untuk berpuisi merayu gadis. Dan memang ampuh, banyak yang kelepek - kelepek di buatnya. He-he-he

Tentunya anda juga paham apa yang saya maksud. Dengan kondisi yang seperti anda lihat di atas, tentunya musik rock sangat sukar di terima oleh orang - orang awam. Di desa saya pun juga begitu, musik rock seakan tak memiliki jejak yang pasti, hanya beberapa orang saja yang menghargai kiprah, seluk - beluk dan hiruk - pikuk musik rock, dalam maupun luar negeri. Sebenarnya banyak juga yang mengaku menggemari musik rock, tetapi kebanyakan hanya mengesampingkannya sebagai identitas saja. Dalam arti, musik dangdut koplo tetap di jadikan sebagai prioritas utama. Istilahnya, "Melu - melu". Ikut - ikutan saja, biar di bilang anak gaul. Ironis, memprihatinkan!

Konon di desa saya banyak juga komunitas - komunitas yang menyebut dirinya sebagai penggemar/fans pemusik rock, khususnya rock dalam negeri. Seperti Outsiders (fans Superman Is Dead), Slanker (Fans Slank) dan Kamties ( Fans Endank Soekamti). Tetapi kebanyakan adalah Outsiders. Teman saya juga banyak sekali yang turut andil dan bergabung dalam komunitas ini. Mereka sangat terobsesi dengan Superman Is Dead, band yang mungkin akan berhasil menjadi legenda Punk rock tanah air. Mereka mengoleksi semua lagu - lagu S.I.D mulai dari album awal sampai akhir, semua embel - embel tentang S.I.D pun juga sering di jiplak, mulai dari gaya rambut, gaya berpakaian juga kebiasaan. Beberapa memang ada yang hanya ikut - ikutan saja, biar di bilang tidak ketinggalan jaman. Mereka mungkin tidak tahu apa sejarah dari Punk rock dan Sejarawan - sejarawan yang pernah andil dalam Punk rock. Coba kalau dangdut koplo? Hafal pasti. He-he-he

Yang saya ketahui, Band - band punk rock luar negeri seperti Green Day, Blink 182, My Chemical Romance, System Of A Down, Bad Religion dan Social Distortion memang sudah banyak dan marak penggemarnya di desa saya. Tetapi ya itu - itu saja, legenda Punk rock seperti Sham 69, Cocksparrer, Sex Pistols, The Clash dan Buzzcock masih sedikit dan bahkan belum ada yang mengetahuinya. Bukan apa - apa sih, tetapi apakah tidak lebih afdhol jika sebagai penggemar musik punk rock harus mengetahui kiprah - kiprah pemusik punk rock luar negeri? Tentu itu malah lebih seru dan bermanfaat.

Itu saja masih dalam satu subgenre rock, belum lagi ada subgenre - subgenre rock yang lain yang patut di ketahui seluk - beluknya. Seperti Alternative rock, Art rock, Experimental rock, Garage rock, Glam rock, Gothic rock, Grunge rock, Hard rock, Heartland rock, Instrumental rock, Indie rock, Jangle pop (College rock), Krautrock, Progressive rock, Psychedelia rock, Soft rock, Southern rock dan Symphonic rock. Kebanyakan dari mereka menganggapnya tidak penting untuk di ketahui. Ssssst, padahal sebagai penikmat musik rock yang budiman, akan sangat berdosa jika mengabaikan satu unsur saja dari musik rock.

Memang ada sih, beberapa kawula muda yang tahu band - band rock legendaris seperti The Beatles (Rock 'n Roll), Nirvana (Rock Grunge) juga band - band Hard Rock seperti Aerosmith, Guns n Roses, Scorpions, Led Zeppelin, Black Sabbath, AC/DC, Deep Purple dan Kiss. Dan benar - banar hanya beberapa saja. Saya juga termasuk lho..

Kalau bicara tentang orang tua di pedesaan, kebanyakan dari mereka lebih suka mendengar gendhing atau musik tradisional dari gamelan. Saya jarang menemukan ada orang tua yang gemar terhadap musik rock di desa saya. Kok gemar, lha wong tahu saja tidak. He-he-he

Surabaya, 2014 | Hanya sekedar iseng belaka