Jumat, 09 November 2018

Menulis (Lagi)

Setelah lama tidak menulis, saya memutuskan untuk kembali lagi sok-sokan menjadi penulis. Seperti biasa, saya akan menulis cerita-cerita tidak jelas tentang keseharian yang begitu-begitu saja: mengumpat sepanjang jalan saat berangkat kerja, mengantuk saat bekerja, dan tidur selepas pulang kerja. Tenang, saya juga akan kembali menulis cerita fiksi, juga puisi, setelah merasa down karena kontrakan saya kemalingan dan mengakibatkan laptop saya raib, asu tenan! Semua draf puisi-- yang rencananya akan kubuat menjadi buku kumpulan puisi, file-file penting semasa kuliah dan tentunya, berbagai sajian pop culture seperti album-album musik bagus, film-film ber-rating bagus dan serial film bagus yang sudah terkumpul lama dan tentu sangat banyak, foto-foto bagus bersama kawan dan pasangan, foto-foto longor nggilani, dll. Saya benar-benar down waktu itu. Saat melihat orang lain asyik di depan komputernya masing-masing, saya seperti merasakan pukulan hebat di kepala saya. Mengerjakan tugas kerja saja enggan, apa lagi menulis. Saya merasa seperti habis ditelanjangi, ling-lung, tidak tahu harus berbuat apa. Namun kejadian itu sudah beberapa bulan yang lalu, sekarang segalanya sudah membaik, dan mungkin, termasuk juga hasrat menulis saya.

Oh iya, saya juga akan menulis rekomendasi-rekomendasi musik dan film yang biasa saya nikmati. Saya cenderung lebih suka jika ada orang lain yang memiliki selera yang sama dengan saya mengenai hal ini, dari pada marah-marah saat orang lain mulai menikmati apa yang saya suka seperti anak-anak indie hipster dadakan dengan special snowflake syndrome di tangannya, merasa seleranya paling bagus, merasa hal-hal di sekelilingnya tidak untuk dinikmati oleh semua orang. Tenang, saya tidak seperti itu. 

Apa lagi ya? Ah sudahlah, mungkin cukup itu dulu.
Setelah ini, semoga akan kembali terbiasa. 

Sabtu, 15 Agustus 2015

Sungai Di Sore Hari

Keringat para penambang membalut ragamu yang telanjang
Matahari siap direnggut dari punggung retina
Kau bercerita pada daun gugur tentang hujan yang menjauh
Jua air yang semakin keruh

Rerumpunan takut dan menggigil melihat tepi yang terkikis
Ada rindu yang mulai mengeruh di matamu
Bocah pinggiran menggerutu pada kail dan umpan
Jarak pandang para ikan tiada sejengkal

Kecemasan menjadi benalu di mahkotamu
Malam tak pernah segan meski langit bermurah hati
Waktumu berakhir dengan mesin yang masih berbunyi
Segalanya habis direnggut sungai malam hari

Selasa, 11 Agustus 2015

Ketika Aku Membenci Warna


Merah biru kuning bercampur
Warna-warni kupandangi langit itu
Terus bercampur dan melebur
Selalu bermunculan warna baru
Hijau jingga ungu dan nila
Terus kucari hitam dan putih
Tapi selalu saja warna baru
Kau kalian dia mereka
Menimbun banyak kenangan
Membunuh perasaan
Kini suasana memusuhiku
Waktu mengutukku
Langit menertawaiku
Semua menjauh
Kecuali rindu dan sesak
Hitam putih dasar langit
Hilang dihapus warna
Habis dimakan masa
Hanyut terbawa angin
Aku sendiri

Senin, 10 Agustus 2015

Daftar Putar Hura-hura

      Dalam mengonsumsi karya seni musik, setiap orang pasti memiliki cara dan porsi yang berbeda. Cara dan porsi tersebutlah yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat candu seseorang terhadap musik. Ada yang tingkat candunya sudah kronis. Orang dalam kategori ini biasanya akan merasa tidak enak badan dan alergi jika sedetik saja tidak mendengarkan musik, ada yang mendengarkan musik hanya ketika butuh. Tipe orang di kategori ini biasanya tidak bisa beraktivitas tanpa mendengarkan musik, mungkin saya termasuk kategori ini, lalu ada juga yang mendengarkan musik secara musiman, ini adalah tipe orang yang kurang saya suka, mereka mendengarkan sebuah lagu tertentu karena pengaruh zaman dan takut dibilang tertinggal zaman, bukan karena prinsip dan kesukaan pribadi. Jadi menurutku, mereka bukan penikmat musik, melainkan penikmat zaman. Tipe orang di kategori terakhir ini mudah saja ditemukan di manapun, yaitu ketika ada lagu semacam Roar atau Wrecking Ball berkumandang, orang yang memutar lagu tersebutlah yang saya maksud penikmat zaman. Saya berani bertaruh jika penikmat zaman tak pernah menikmati sebuah lagu lebih dari sebulan, jika ada yang lebih dari sebulan, itu mungkin karena belum ada lagu akhir zaman yang tercipta lagi. Lagu akhir zaman memang menyeramkan dan terlalu bahaya untuk didengarkan, dan bagiku itu lebih menyeramkan dari pada grind core bahkan death metal sekalipun. Sudahlah, lebih baik jangan mengusik kehidupan mereka. Jangan pernah mengajak mereka berhenti mendengarkan lagu-lagu akhir zaman, karena saya pernah melakukannya dan akhirnya malah cemoohan tertinggal zaman yang kudapat. Sialan.

      Daftar lagu yang akan saya bagikan kali ini berisikan lagu-lagu yang dapat menimbulkan candu. Saya tidak ngawur menuliskan ini, karena setelah bertahun-tahun mendengar lagu-lagu berikut, saya tidak pernah bosan. Subjektif memang, tapi ada baiknya anda juga mendengarkan. Inilah mereka:

      1.    Girl From The North Country

      Bagi siapa saja yang sudah tahu, saya yakin tidak akan ada yang menyangkal jika lagu ini sangat menyejukkan, memang begitulah musik folk. Penyanyi yang bagus ialah penyanyi yang karismatik. Bagiku, tak ada yang bisa mengalahkan karisma John Lennon. Banyak sekali umat rock yang memujanya meski suaranya tidak sejernih Paul McCartney. Tak terkecuali juga pelantun lagu Girl From The North Country, Bob Dylan. Berbekal suara yang dingin dan bersahaja, saya yakin beliau adalah tipikal pria yang dipuja banyak wanita seperti Casanova. Tembang yang termaktub dalam album The Freewheelin’ Bob Dylan ini sangat sederhana dan berdurasi cukup pendek. Alat musik yang digunakan pun tidak beragam, hanya gitar dan harmonika. Mengapa saya sebut menyandukan? Karena saya kurang lelap tidur jika tidak seraya memutarnya. Oh iya, ada baiknya jika anda mendengarkan semua lagu di album The Freewheelin’ Bob Dylan, karena saya benar-benar sangat menyarankan itu.

      2.    Twist and Shout

      Mungkin lagu ini akan menjadi berkesan mainstream bagi yang sudah mengenal akrab bahkan menggilai The Beatles. Namun entah mengapa, dari pertama mengenal lagu ini sampai sekarang, lagu ini berat sekali saya hapus dari track list penghantar lelap di ponsel saya. Mungkin gaya vokal yang urakan ala John Lennon dan instrumen yang cerialah penyebabnya. Selain Twist and Shout, ada juga lagu-lagu The Beatles lainnya, yaitu Please Please Me, I Should Have Known Better, When I’m Sixty-Four, Ask Me Why, Do You Want to Know a Secret, dan Ticket to Ride. Hm. Andai saja sebuah laptop yang berisikan lagu The Beatles lengkap itu masih bisa terselamatkan dan hidup kembali, pasti semuanya akan terasa lengkap. Hm. Album Please Please Me memang sangat mendominasi daftar penghantar lelap di ponsel saya, karena itu adalah album terbaik menurut saya. Meski Sgt. Pepper’s lonely Hearts Club Band disebut sebagai karya terdahsyat sepanjang masa The Beatles.

      3.    Danny Says

      Tebakan anda benar, bandit-bandit punk asal Amerika Serikat, The Ramones adalah dalang dibalik terciptanya lagu ini. Namun bukan versi mereka yang saya maksud, melainkan versi cover yang dimainkan oleh Foo Fighters, band yang dipelopori oleh mantan drummer Nirvana, Dave Grohl. Meski tidak berbeda jauh, tapi Danny Says versi Foo Fighters lebih segar dan pas, juga berdurasi lebih pendek karena kecepatan lagu ditambah. Baik The Ramones maupun Foo Fighters yang membawakan, lagu ini tetap saja tidak bisa hilang dari ingatan dan tergerus oleh rasa bosan.

      4.    Waterfall

      Entah pantas atau tidak jika saya menyebut lagu ini sebagai lagu pengundang candu, karena saya baru mendengarnya beberapa bulan yang lalu. Lagu bergenre alternative rock ini dibawakan oleh band asal Britania raya, The Stone Roses. Saya hanya berani mengira-ngira bahwa kebosanan terhadap lagu ini tidak akan pernah menghampiri saya. Karena jarang sekali saya bisa menaruh hati pada sebuah lagu pada putaran pertama seperti saat mendengarkan lagu ini. Hal yang sama juga saya rasakan ketika pertama kali mendengar Twist and Shout-nya The Beatles dan Up and Down-nya The SIGIT.

      5.    Up And Down

      Saya tahu lagu ini berkat Bang Yutup sekitar tiga tahun lalu, itu tuh kakaknya Bang Yusup. Jadi ceritanya begini, pada sebuah malam, gelap menyita seluruh keramaian, sepi, ke warnet saja saya, iseng nyari bokep biar ramai. Tidak jadi ah, iseng lihat striptease di YouTube dulu kayaknya lebih enak. Eh, iseng lihat band-band keren dulu saja gimana? Sambil nunggu downloadan bokepku kelar gitu, dari pada nanti ejakulasi dini pas lihat striptease dan tidak tegang lagi pas lihat bokep? Kan rugi. Dimulailah perselancaran panjang saya di YouTube dengan bermula pada kata “rock” di search engine. Hingga akhirnya saya bertemu dengan video underground yang raw dan unsophisticated shound banget, sejenak kutengok proses downloadan bokep saya, masih kurang dari lima puluh persen, kembali lagi ke YouTube, kemudian segera saya klik link watch video, alamak! What a cool song! Judulnya Up and Down, dibawakan oleh The SIGIT, siapa sih The SIGIT itu? Saya cari di Gugel, ketemu, saat itu pula saya misuh karena kaget. Saya tidak menyangka ternyata The SIGIT berasal dari Bandung, Jawa Barat, Indonesia, karena saya kira The SIGIT adalah band dari luar negeri. Sangkaan itu muncul setelah saya mendengar dan menonton video Up and Down. Soal lirik? Up and Down membuktikan bahwa lagu percintaan tidak harus cengeng dan merengek.  Dari situ saya mulai mencintai The Super Insurgent Group of Intemperance Talent, dan sampai saat ini, saya belum juga bosan mendengar Up and Down, bahkan sesekali juga melihat videonya di YouTube. Very addicted.



     Daftar lagu di atas berisi lagu-lagu yang sudah lama sekali bertengger di ponsel kecuali Waterfall. Mungkin mereka akan tinggal di situ secara permanen hingga ponsel saya terjual atau hilang. Berbeda lagi jika anda bertanya tentang musik apa yang akhir-akhir ini sedang saya gilai, karena daftar lagu ini yang sifatnya temporary. Meski temporary, sebenarnya saya tak pernah bosan dengan musik apa pun yang pernah saya gemari, hanya saja yang ini membutuhkan jeda beberapa waktu untuk mendengarkannya lagi agar musik itu menjadi hidup kembali. Berikut daftarnya:

1.      Danzig – 777

      Band Heavy Metal dari Amerika Serikat selalu meiliki taring dan tanduk guys. Lamb of God adalah contoh konkrit lainnya. Meski begitu, perbedaan Danzig dan lamb of God sangat mencolok, jika Lamb of God mengusung filosofi brutal ala metalcore, Danzig lebih menyeramkan dengan doom metal-nya.

2.      Lamb of God – Still Echoes

      Still Echoes adalah single pertama untuk album baru Lamb of God yang masih sangat hangat karena baru rilis 24 Juli lalu yaitu VII: Sturm und Drank. Still Echoes sendiri dirilis pada tanggal 8 Mei. Saya yakin, kini umat metalcore sedang berpesta pora menikmati album ini. Untuk siapa saja yang ingin menikmatinya juga, pesan langsung di website resmi Lamb of God.

3.      The Mahones – Drunken Lazy Bastard

      The Mahones adalah band celtic punk yang lahir di Irlandia tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh, dipelopori oleh Finny McConnell. Seperti band celtic punk pada umumnya, musik The Mahones benar-benar memiliki instrumen tradisional Irlandia dan Skotlandia yang ceria dan ugal. Alat-alat yang digunakan pun tradisional semacam bagpipe, biola, timah peluit, akordeon, mandolin, dan banjo. Tak pelak jika personil band dalam musik ini pasti lebih dari lima orang. Aliran ini sudah ada pada tahun 60an dan benar-benar masih asli, dipelopori oleh The Dubliners. Saya sendiri pernah menonton band celtic punk asal Surabaya pada saat diadakan acara punk di kampus. Nama band itu adalah Charlie’s Rum and The Chaplin. Tema umum yang digunakan dalam celtic punk yaitu politik, budaya, kepercayaan, dan mabuk. Tidaklah perlu saya jelaskan Drunken Lazy Bastard termasuk dalam tema yang mana, anda pasti sudah bisa menebak. Dengarkan juga Queen and Tequila, Paint The Town Red, dan Whiskey Devils. Rasa senang mendengar lagu-lagu oleh band ini timbul lebih besar saat mengetahui akun twitter saya mendapatkan follow back dari akun @THEMAHONES. Hahaha

4.      Wolfmother – Dimension 

      Diawali dengan teriakan, dimainkan dengan nge-blues, dilantunkan dengan lirik yang mengandung banyak metafora, lagu ini benar-benar memiliki dimensi lain.

5.      The Stone RosesI Am The Ressurection

      Menyegarkan pada awalan hingga pertengahan, kemudian diteruskan dengan alunan drum yang bertalu-talu dan iringan gitar dan bass yang padat dan renyah hingga akhir lagu, lagu ini seperti memiliki dua sisi yang berbeda dan terdapat keistimewaan pada tiap sisi. Seharusnya saya menaruh lagu ini di track list pengundang candu, tapi sudah tidak ada tempat dan ada satu tempat kosong di track list ini. Namun hal semacam itu sepertinya kurang patut dipermasalahkan, tapi hal yang patut dipermasalahkan adalah, ketika tidak ada seorang pun yang mau mendengar satu lagu pun dari semua lagu yang telah saya bagikan. Sungguh, itu merupakan masalah besar.

Kita Mandikan Muara dengan Keringat Mandikan Kita dengan Muara Mandikan Kita dengan Keringat Mandikan Muara dengan Kita

Kunyah apel saat pagi dan malam
Emut gula-gula merah bila perlu
Berhenti membuang keberuntungan
Berhenti membuang sisa umur
Tundukkan pandang pada air pun penuh limbah
Akar enceng gondok saja enggan melihat langit
Air tak akan jernih bila kita diam saja
Dayung tak akan peduli jika air tak jernih
Mendung semakin angkuh jika dayung tak peduli
Burung pemakan padi mengutuk kala mendung
Padi kesepian dan mati bila tak ada burung
Kita makan kerikil saja jika itu terjadi
Atau kunyah apel di pagi dan malam
Emut gula-gula merah bila perlu
Berhenti menunggu pertolongan
Berhenti membayar pelacur
Berhenti membuang sisa umur
Muara itu semakin hening
Menunggu siapa saja datang
Membawa keringat dan sampan
Bukan pelacur

Selasa, 14 April 2015

Kopi Dalam Peraduan

Cecap pertama
Kepulan menari di hadapan
Bendansa bersama sinar lampu bohlam
Nikmat mereguk remang
Sekat demi sekat meleleh
Mencair terseret arus
Menyebar di kerongkongan
Gelisah digoyah hingga lapuk
Berguguran hingga menghumus
Dada pun sedikit lapang
Tinggal rindu yang sesak risau
Aduhai, halaman tempat lahir
Aku akan segera kembali
Cecap demi cecap terlewat
Beriring gelak tawa jantan
Cecap terakhir
Penuh kemenangan
Hari esok tiada sabar menanti
Mari pasangkan ombak
Layar kembali mengembang
Mari kembali beradu, karang