Rabu, 22 Januari 2014

Hitam Suci

"Hitam itu kotor"
"Hitam itu buruk"
"Putih itu suci"
"Putih itu baik"

Ah, munafik!

Hey kalian, pecundang!
Hentikan omong kosong kalian tentang hitamku!
Bungkam mulut pelacur kalian!
Pengumpat!
Kenapa kalian bilang putih itu suci?
Kenapa kalian mengklaim bahwa hitam adalah sebaliknya?

Bukankah mereka sama?
Bukankah keduanya tak ada bedanya?
Bukankah keduanya merupakan warna dasar segala hal dalam kehidupan?
Putih memang suci, namun demikian juga hitam.
Putih memang akan kotor jika ada hitam di dalamnya.
Lha memang hitam bukan begitu?
Hitam juga akan kotor jika ada putih di dalamnya!
Benar, keduanya suci dan dapat terkotori.
Lha apa bedanya?
Tolol!
Kalian tolol!

Kamis, 16 Januari 2014

Bayangan


Aku mulai lelah berjalan denganmu
Aku mulai lelah menyeret - nyeretmu kemanapun ku pergi
Aku pegal bahkan linu ketika kau merengek - rengek minta ku pedulikan
Aku tak tahu siapa namamu
Aku tak tahu darimana asalmu
Aku tak tahu apa maumu
Aku pun tak tahu apa masalahmu
Dan sebenarnya aku memang tak pernah mau tahu apapun itu
Kau makhluk diurnal hitam menjijikkan
Kau muncul secara tiba - tiba tanpa permisi ketika cahaya dengan lancangnya menyinariku
Kau mengikuti dan meniru setiap gerak - gerikku
Hey, kau benalu!
Jangan lagi kau ikuti langkahku!
Persetan denganmu!
Pergi saja kau jauh - jauh!
Aku tak lagi membutuhkanmu!

Rabu, 15 Januari 2014

Disini Aku, Ini dan Mereka

Kau yang menyebabkan semua ini!
Kaulah satu-satunya penyebab semua ini!
Semua ini telah kau sebabkan!
Semua yang kau sebabkan adalah ini!
Tengoklah!
Ini semua di sebabkan oleh kau!
Lalu dimana kau?
Bagaimana tentang kau?
Apakah kau masih tak asma?
Apakah kau masih menghirup udara yang sama disana?
Apakah kau masih tak buta?
Apakah kau masih melihat senja yang sama disana?
Apakah kau masih tak tuli?
Apakah kau masih mendengar angin yang sama disana?
Apakah kau masih tak bisu?
Apakah kau masih menyanyikan lagu yang sama disana?
Apakah kau masih tak rapuh?
Apakah kau masih menggenggam janji yang sama disana?
Hey, kau!
Lihat aku!
Dengar aku!
Rasakan aku!
Apakah kau yakin aku baik - baik saja disini?
Tidakkah sejenak kau berkenan menoleh kesini?
Lihatlah!
Mereka yang kau sebabkan ini!
Apakah kau yakin mereka akan baik - baik saja bersamaku?
Oh, bukan. Apakah kau yakin aku akan baik - baik saja bersama mereka?
Dengarlah!
Aku ketakutan disini!
Mereka pun tak jauh berbeda!
Mereka menjerit - jerit memberontakku!
Aku dan mereka saling menjerit!
Rasakanlah!
Aku akan gila bila terus begini!
Aku tak bisa kau biarkan lama - lama menyimpan mereka!
Tolonglah!
Aku membutuhkan kau!
Satu - satunya penyebab mereka!
Coba biarkanlah!
Maka tak lama lagi ini dan mereka akan benar - benar membuatku gila!

Lagi-lagi

Apa lagi?
Bagaimana lagi?
Mau apa lagi?
Harus bagaimana lagi?
Coba lagi?
Lha, Ini lagi!
Rindu lagi!
Harap cemas lagi!
Kapan lagi?
Bertemu lagi?
Bersanding lagi?
Bersatu lagi?
Bertemu lagi!
Oh, tidak! Ini lagi!
Rindu lagi!
Selalu lagi!
Lagi-lagi lagi!
Lagi, lagi, dan
Lagi!!

Selasa, 14 Januari 2014

REM - Losing my Religion



Pernahkah anda mendengarkan lagu dari R. E. M yang berjudul Losing my religion? Jika belum, maka anda wajib mendengarkannya setelah membaca ini. Well, R. E. M adalah sebuah grup band legendaris yang terkenal dengan aliran - aliran Alternative rock, College rock, dan Jangle pop yang mereka bawakan. Grup band ini didirikan di Athens, Georgia, Amerika Serikat pada awal 1980-an dengan formasi hulu ledak Michael Stiped, drummer Bill Berry, guitarist Peter Buck, dan bassist Mike Mills. Asal tahu saja, Michael Stipe adalah Bapak atau wali dari Frances Bean Cobain, anak satu-satunya musisi legendaris Kurt Cobain. Mungkin anda sudah sudah cukup melek dan sudah cukup dewasa tentangnya, maka tidak perlu saya jelaskan lagi siapa itu Kurt Cobain.

Kembali ke Losing my religion.  Lagu yang pernah Nge-Hits dan sukses berada di urutan ke 23 lagu terbaik di abad 20. Jujur saja, saya sangat menggemari lagu ini mulai dari pertama kali saya duduk di bangku sekolah menengah atas. Pertama saya mengenal lagu ini adalah ketika saya sedang iseng - iseng menonton TV pada malam hari, dan kebetulan saya mendapati sebuah acara yang membeberkan peristiwa tentang "7 grub band legendaris yang bubar karena ada masalah antar personilnya". Disitu di jelaskan beberapa grup band yang kandas karena problema antar personil, seingat saya ada Scorpion, Nirvana, The Beatles dan salah satunya ya R. E. M ini. Ini seingat saya lho. Dan di situ hanya benar - benar R. E. M yang belum ku kenali, bahkan satu lagu dari mereka pun belum pernah ku dengarkan sama sekali saat itu. Sebagai penikmat musik Rock yang budiman, saya sangat merasa penasaran juga di sertai rasa berdosa karena belum melumat lagu - lagu dari grup band yang satu ini. Singkat cerita. Saya mematikan TV saya, kemudian saya dengan cepat menuju pada laptop saya di kamar, langsung saja saya membuka situs yang menyediakan berbagai lagu yang bisa di dapatkan secara cuma-cuma lewat Internet. Saya mengetik "REM" pada kotak Search Engine. Kemudian tampaklah beberapa lagu R. E. M yang berada di page pertama, antara lain: Is the end of the world, The one I love, Losing my religion, dan Everybody hurts. Tanpa pikir panjang, luas, lebar, dan tanpa ba-bi-bu, saya langsung mendownload ke-empatnya. Kenapa hanya empat? Ya iyalah, wong cuma mau memastikan saja, apakah hikmat di dengar atau tidak. Kalau enak di dengar, baru ku download semua debit albumnya.

Setelah Done mendownload, saya langsung memutar lagu pertama yaitu "Is the end of the world". Belum terpukau, saya malah tertawa cekikikan saat mendengarnya melalui headset, lagunya aneh, aliran rythmic yang cepat, dengan tabuhan drum yang menggila. Seperti musik orang sethelan, menurutku. Belum sampai Reff berkumandang, saya malah mengganti ke lagu berikutnya, "The one I love". Lagunya enak di dengar, terdengar lebih santai dari lagu pertama, tapi tidak sama sekali easy listening lho, entah bagaimana menjelaskannya. Maklum, saya tidak ahli di bidang penilaian unsur - unsur yang terdapat dalam sebuah lagu. Lagi - lagi belum sampai Reff, saya meladeni rasa penasaranku dan melanjutkan ke lagu berikutnya. Pertama membaca judulnya, saya sempat berfikir bahwa lagu ini adalah lagu seorang murtad yang telah kehilangan agama dan kepercayaannya. "Losing my religion". Memang pada saat itu saya tidak terlalu memperhatikan judul ataupun lirik yang terkandung dalam sebuah lagu, jadi ya saya dengarkan  dan nikmati saja tanpa rasa peduli sedikit pun terhadap apa - apa yang ada di dalam lagu tersebut. Saya mulai memutarnya, otomatis saya mulai mendengarnya, benar - benar bagus! Saya takjub dengan lagu yang satu ini, jiwaku seakan melayang - layang bertaburan saat mendengarkan lagu ini. Tapi tetap saja, ini lagu orang murtad, pikirku. Tanpa mendengarkan lagu yang terakhir (Everybody hurts), saya langsung menghentikan pemutar musikku. Apakah kemudian saya tidur? Tidaklah! Lha kenapa? Ya terserah saya dong. Hehe, bercanda. Ya mengapa lagi kalau bukan karena lagu tadi, sumpah, saya sangat di bikin bodoh keheranan tentang asal - usul dan makna lagu tersebut. Saya mulai mencari - cari jati diri lagu tersebut. Benar, di Google.

Berikut liriknya:

Oh, life is bigger
It's bigger than you
And you are not me
The lengths that I will go to
The distance in your eyes
Oh no, I've said too much
I set it up

That's me in the corner
That's me in the spotlight, I'm
Losing my religion
Trying to keep up with you
And I don't know if I can do it
Oh no, I've said too much
I haven't said enough
I thought that I heard you laughing
I thought that I heard you sing
I think I thought I saw you try

Every whisper
Of every waking hour
I'm choosing my confessions
Trying to keep an eye on you
Like a hurt lost and blinded fool, fool
Oh no, I've said too much
I set it up
Consider this
Consider this
The hint of the century
Consider this
The slip that brought me
To my knees failed
What if all these fantasies
Come flailing around
Now I've said too much
I thought that I heard you laughing
I thought that I heard you sing
I think I thought I saw you try

But that was just a dream
That was just a dream

Terjemahan:

Oh, hidup lebih besar
Ini lebih besar daripada kau
Dan kau bukanlah aku
Panjang yang akan aku tuju
Jarak di matamu
Oh tidak, aku sudah mengatakan terlalu banyak
Aku mengaturnya

Itu aku di pojok
Itu aku dalam sorotan
Aku kehilangan agamaku
Mencoba untuk mengimbangimu 
Dan aku tidak tahu apakah aku bisa melakukannya
Oh tidak, aku sudah mengatakan terlalu banyak
Aku tidak mengatakan cukup
Aku berpikir bahwa aku mendengar kau tertawa
Aku berpikir bahwa aku mendengar kau bernyanyi
Aku berpikir bahwa aku pikir aku melihat kau mencoba

Setiap bisikan
Dari setiap bangunnya jam
Aku memilih pengakuanku
Mencoba untuk mengawasimu
Seperti sakit hilang dan buta bodoh, bodoh
Oh tidak, aku sudah mengatakan terlalu banyak
Aku mengaturnya
Pertimbangkan ini
Pertimbangkan ini
Tanda-tanda dari sebuah abad
pertimbangkan ini
Slip yang membawaku
Untuk lututku yang gagal
Bagaimana jika semua ini fantasi
Ayo menggapai-gapai di sekitar
Sekarang aku sudah mengatakan terlalu banyak
Aku berpikir bahwa aku mendengar kau tertawa
Aku berpikir bahwa aku mendengar kau bernyanyi
Aku berpikir bahwa aku pikir aku melihat kau mencoba

Tetapi itu hanya mimpi
Itu hanya mimpi

Ya, kira - kira seperti itu. Setelah membacanya, saya merasa sangat bersalah karena telah menuduh Michael Stiped menciptakan lagu murtad. Karena jelas - jelas kita dapat melihat bahwa yang di maksud  "Losing my religion" dalam lagu bukanlah kehilangan agama atau sejenisnya, melainkan tokoh 'Aku' dalam lirik tersebut sedang di landa kebingungan atau keresahan tepatnya. Seseorang tersebut merasa bahwa dirinya tidak dapat mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan yang ia inginkan adalah semata-mata seseorang yang ia cintai. Karena tidak dapat menggapainya, ia frustasi dan kehilangan keyakinan akan mendapatkan seseorang yang dicintainya itu. Entahlah, apa benar begitu? Makna dari sebuah lirik lagu memang persoalan rumit dan hanya sang penciptanya yang benar-benar tahu tentang makna yang terkandung. Maka dari itu kita dapat menarik kesimpulan menurut sudut pandang masing-masing. Ya, tergantung dari sudut mana kita memaknainya.

Senin, 13 Januari 2014

Mata Hujan


Adakah kau ketahui tentang Matahari?
Sebuah bola mata dengan cahaya yang saking cepatnya;
Mampu menerobos segala macam lapisan pertahanan atmospher
Entah mana yang benar
Terkelilingi? Atau mengelilingi? Teritari? Atau mengitari?
Entah mana yang benar
Apakah sejenis bintang? Ataukah rembulan? Atau serupa planet? Atau yang lain?
Lupakan!
Sebenarnya ini bukan tentang Matahari
Ini tentang sesuatu yang belum pernah kau ketahui

(Matahujan)

Tentang sebuah bola mata dengan guyuran yang menancar bak sinar Matahari
Tentang sebuah fenomena alam yang janggal: yang bahkan sekalipun belum pernah terjadi
Oh, bahkan memang tak akan pernah terjadi
Lha terus.. Bagaimana bila memang benar - benar akan terjadi?
Ah, apa iya?
Matahari saja masih tak mau kalah dalam hal singgah - menyinggah
Matahari saja masih tetap nyaman pada porosnya
Matahari saja masih belum terlihat lelah
Matahari saja masih belum cukup
Matahari saja masih belum dapat menuntaskan tugas oleh sang Esa
Lihat saja para Murtad yang belum dapat mensyukuri keberadaannya
Lihat saja para Khalifah yang masih mengeluh kepanasan
Ya memang begitu ironis adanya
Tak pernah ada giliran untuk sesuatu yang mustahil dapat bertengger

Percuma saja mengharapkan sesuatu yang mustahil terjadi

Percuma? Ya jelas tidak
Lalu apa salahnya?
Jika ada yang mengharapkan kehadirannya

(Matahujan)

Jumat, 10 Januari 2014

Elegi Sepertiga Malam


Engkau yang ku kasihi

Biarlah aku mengembarakan naluriku disini

Sisa-sisa angin malam yang mencabik bulu roma

Biarkan aku sendiri menikam nurani

Berteman nada-nada lirih kerinduan ini

Mengalun setanggi ribuan kasih suci

Mengalir tak lagi deras

Rintik-rintik gerimis pada sepertiga malam

Lalu biarkan aku berpura-pura tak peduli jika kau tak ada disini

Atur saja nafas basahmu

Pejamkan saja matamu

Lelaplah dalam semilir

Sesuatu telah lama menunggumu

Segeralah mengucapkan selamat tinggal

Kemudian mengucapkan selamat datang

(Padaku)

Sambut aku dalam mimpi gerimismu kelak

Basahi jiwaku yang semakin kerontang

Nyanyikan nada-nada kerinduan bersamaku

Redamkan bara sangit nafas kemerahanku

Remukkan sisa-sisa kerinduanku yang hilir mudik berhembus, berombak, dan beredar di penjuru semesta

Bimbing aku saat sukar kembali meniti sang pelangi

Bawa aku ke pantai tanpa rasa takut akan badai

Kemudian menatap sang durjana senja berdua, bersamaku

Padamu;
Aku percayakan seluruh kerinduan ini


Gerimis Malam, 11 Januari 2014

Kamis, 09 Januari 2014

Potret Jalang Kemarau


Jalan setapak penuh ilalang basah yang dulu ku lewati dalam hujan, masihkah rindang pohonnya dengan tetes hujan yang menyusup di setiap lembar-lembar daunnya?

Hamparan padang hijau tempat ku bermain layangan dulu, sudah keringkah rumputnya, atau telah berganti petak-petak ladang palawija yang merengus diserang hama?

Pematang licin yang menjatuhkan ku dalam kubangan lumpur, memercikkan buncah kegembiraan, sudah menguningkah padinya? Masihkah bertengger gubuk kecil di pinggirnya?

Pohon pepaya yang dulu sering kuguncang, masihkah ada batangnya? Tebu-tebu yang biasa sejukkan dahagaku sepulang sekolah masihkah merimbun atau hilang dalam semak-semak yang merimba?

Pohon jambu perkasa yang sering ku tunggangi: Yang nyaris membuat lenganku patah, masihkah ia menantiku disana dengan buah-buah segarnya?

Ku dengar bahwa pohon besar tempatku bersembunyi dari ganasnya sinar ultraviolet sang mentari dulu, kini telah tiada. Apakah itu benar? Masihkah tergantung ayunanku disana? Atau sekedar melapukkah dia?

Segala yang tenggelam di telan masa, layaknya hujan di telan kemarau, juga sebaliknya.
Yang tersisa hanya petak-petak kenangan yang bersanding dengan bertambahnya kerutan usia.
Hanya tinggal cerita yang dapat menghangatkan para buyung sebelum tidur.

Alam indahku,
Akankah mereka enggan bereinkarnasi kembali?

Istana Hujan


Pilar menara yang megah menjulang

Beratapkan jumawa pendar rona cahaya sang gemintang

Ratusan juta orbit - orbit lembut runtuh; bertumpah ruah

Dengan cahaya lentera rembulan

Gemerlap kilat warna - warni

Jauh di atas hamparan imajinasi

Istana abadi: kerajaan indah dengan langit malam bercahaya senja

Tempat para peri berpesta

Alam sempurna, laksana surga

Tak satupun kurcaci sanggup menatap telanjang

Tak satupun dari mereka dapat hinggap bebas

Hanya sanggup meratap dengan lantang

Satu wajah termangu, mereka-reka arah

Entah nyata atau sekedar fiksi karangan sang Adiraja

Inilah kerinduan tak wajar

Kerinduan pada sebuah kerajaan di negeri dongeng

Seakan pernah bermimpi:

Melihat anak - anak kurcaci telah bangun dari hibernasi panjangnya

Setelah kemarau panjang

Kemudian mengintip mereka sedang benyanyi di sebuah lumbung beratap jerami

Ketika hujan saat itu

Malam tak menghiraukan desau angin bersanding gerimis

Rerimbunan sekujurnya telah basah

Entah nyata atau benar - benar sekedar mimpi

Tetaplah berharap;

Semoga mereka memang benar - benar sekedar mimpi tak wajar

Yang tak akan ada habisnya

Kemudian lukiskan dimanapun sesuka hati



Senin, 06 Januari 2014

Wall of Death for Living Life



Kau bisa saja membuang-buang waktumu pada kemunafikan
Tapi percayalah, ini adalah langkah terdekat untuk menjadikan hidupmu lebih hidup
Dimana kau akan bergerombol dengan orang-orang gila di sebuah tempat luas, bebas, dan tanpa atap

Kau akan dapat merasakan langsung ganasnya sentuhan angin siang dan malam
Kau akan dapat melihat seringai matahari dan bulan secara langsung
Kau akan dapat merasakan sepak-terjang yang benar-benar menerjang;
Kau akan merasa tersepak dan terterjang, kau akan merasa seperti dihempaskan pada batu karang oleh badai ombak yang sangat dahsyat
Kau akan dapat bernapas lega di alam terbuka, kau dapat berteriak dan bergerak bebas
Kau benar-benar akan merebut kembali kebebasanmu
Kau akan merasa seakan kau sedang terbang dengan mimpi-mimpimu 

Dan kau akan merasa seakan berputar di atas roda waktu
Di Wall of Death!


Katakanlah terowongan cinta sedikit bisa menghiburku
Katakanlah Bahtera Nuh dapat melindungiku

Dan katakanlah semua orang di dunia akan menjauh dariku. Aku tak peduli!
Aku akan tetap naik di
Wall of Death!
 

Karena ini adalah rute terdekat (dan satu-satunya) untuk menjadi sangat bebas, buas, dan ganas
Bayangkan saja ketika kau sedang naik Roller Coaster
Mungkin kau akan merasa kuat dan aman dengan sabuk pengamanmu

Tapi apa sebenarnya gunanya sabuk pengaman
Hanya merasa aman tidak akan benar-benar menjamin hidupmu. Namun merasa bebas!
 

Jangan sesekali menengok ke belakang, karena itu akan membuatmu segera gila!
Waspadalah terhadap pria bertopi, berpakaian rapi berjenggot, berbekal cambuk dan pistol di belakangmu!
Tetap biarkan dirimu mengambil kesempatanmu

Biarkan aku mengambil kesempatanku
Di Wall of Death!
Hanya di Wall of Death!

Naiklah tanpa rasa ragu dan takut
Kau akan baik-baik saja disana. Bersama kami

Sabtu, 04 Januari 2014

Sleep Soundly, Son

In the river
The quiet river
The aligators sleeps in this morning
In the sky

The mighty sky
The devils sleeps in this morning
In the cave

The quiet cave
The bats sleeps in this morning
And in the dark hole

The peaceful dark hole
The snakes sleeps in this morning
Don't worry, son
You're safe now
Now you can dream comfortably
They all sleeps in this morning
They can't spoil your sleep now
So, let's sleep in this morning

Jumat, 03 Januari 2014

Ketika Mimpi tak lagi dapat Setinggi Langit



Melihat arloji untuk ketiga kalinya, penat dan resah ketika menunggu bus di stasiun. Sebenarnya aku tak berharap banyak pada datangnya sang bus, namun aku lebih tak tahu lagi apa yang harus ku lakukan saat itu.
Bukan lain hanya untuk pergi ke tempat lain yang jauh, begitu jauh, dan bahkan sangat jauh. Jauh sekali, menurutku. Pergi, dimana tak seorang pun enggan untuk menyapamu atau siapapun. Sesungguhnya mereka tidak bisu, namun mereka tak akan bersedia berbicara dengan siapapun yang mereka tidak ketahui. Ya, siapapun.
Kemudian ku berakhir didalam kerumunan beberapa pabrik yang penuh kotoran.
Aku berjalan menuju sebuah rumah kecil yang amat berantakan, aku meletakkan barangku, kemudian aku berbaring melemaskan otot-ototku, sesekali duduk kemudian kembali berbaring. Aku benar-benar merasa kosong dan tak berdaya di ranjang tidurku, di sekitar kehampaan, sendiri.

Aku tahu ini mungkin terdengar aneh, tapi percayalah, ini terasa.. Seperti berkunjung ke Rockville.
Lingkungan dengan limbah-limbah pabrik yang menyengat dan tak akan pernah luput dari indera penciuman. Tanah berbau seperti kotoran pada tujuh benua. Menjijikkan! Lebih menjijikkan dari kotoran dajjal. Keparat! Bau ini benar-benar menusuk tajam, menggores lubang hidung. Benar-benar sesak dan menyedihkan. Sesekali pada malam hari, aku minum air beralkohol, sendiri. Hanya sekedar untuk membayar lunas lelap pada saat akan tidur, kemudian berpura-pura tidak peduli jika kau tidak berada disini bersamaku. Karena memang menurutku tempat terindah disini adalah alam nirwana yang hanya ada di alam mimpi indahmu, yang hanya akan kau dapatkan ketika tidurmu sangat pulas. Benar-benar sulit kau temukan.
Menurutku, itu adalah cara terbaik untuk menangani semua masalahku jika aku terlalu jauh masuk ke dalamnya. Entah sesuatu yang lebih baik segera terjadi nanti atau tidak. Aku tak peduli.
Atau sesuatu itu akan menjadi terlambat terjadi nanti atau tidak. Akupun tak peduli.
Disini, semua orang hanya akan memperhatikanmu ke bawah, dan itu sangat bukan sebagaimana mestinya.

Ketika dunia menjadi raksasa, ketika dunia adalah rakasa.
Kepedihan akan segera menelan (utuh) mu. Kau akan menjerit minta tolong kepada kesia-siaan.
Para jelmaan dari Troll akan melemparmu keluar pintu. Kau akan di tendang, kemudian tak tahu arah jalan.

Inilah saat-saat dimana hidup mulai kejam dan kasar. Saat mimpi harus kau ubah menjadi kenyataan dengan tanganmu sendiri. Bicara soal mimpi, tentu kita memiliki banyak mimpi yang ingin kita wujudkan, banyak sekali, bahkan tak terbatas. Banyak kok yang mengatakan hal semacam itu. "Gapailah mimpi setinggi langit". Tentu kalimat itu sudah sangat tak asing di telinga kita. Namun yang ada di jaman sekarang, mimpi seseorang seakan di tentukan oleh orang lain. Mimpimu, seakan harus sesuai dengan keinginan mereka. Kau, seakan harus patuh terhadap yang mereka tentukan. Entah berupa peraturan-peraturan dan pembatasan-pembatasan dalam bermimpi. Inilah saat dimana kau tak dapat bernafas lega dalam hal mewujudkan mimpi, dimana kau tak dapat bebas menentukan mimpimu, saat dimana mimpi-mimpi itu mulai menyiksamu, dan saat dimana mimpi-mimpi itu mulai menggerogoti habis kebahagiaan sejatimu. Kali ini kau akan merasa benar-benar tersesat, kau tak akan bisa berpaling, kau tak bisa menoleh ke belakang, kau tak bisa berucap "Masa Bodoh!", kau harus benar-benar berjalan mengikuti arus ke depan. Kau harus taat pada peraturan yang telah mereka buat. Kau harus benar-benar merasa tertarik saat kau mulai ditarik, tak peduli jari-jarimu akan remuk, bahkan putus di tengah jalan. Mereka akan terus menarikmu dari depan, dan mencambukmu dari belakang. Hm. Mimpi memang bukan lagi mimpi, mimpi memang telah berubah menjadi semacam kewajiban yang memuakkan. Meskipun kau telah mendapat waktu istirahat, kau akan menjadi seseorang yang penuh dengan tugas, hukuman, dan tantangan. Benar-benar munafik! Menurutku.
Mungkin jika badai tak mampu membunuh mimpimu, peraturan tersebut dengan mudah dapat melakukannya.
Aku sempat berpikir, apa yang harus aku lakukan agar benar-benar bisa keluar dari kepala bedebahku sendiri. Apa yang harus aku lakukan agar aku mendapatkan hari-hari baru, dengan aroma kopi yang masih hangat dan memikat di pagi hari. Entahlah, walaupun aku baru saja menikmatinya tadi pagi, tapi aku kembali sangat merindu dan mendambanya. Karena aku tahu, aku akan sangat lama tak bertemu kembali dengannya: Hari-hari indahku, pagi sejuk dengan aroma kopi panas yang benar-benar melegakan. Demikian juga kau.
Aku tak begitu paham dengan semua hal yang ada pada jaman sekarang. Revolusi dan Evolusi diri yang aneh dan menyedihkan.
Mungkin ini sedikit tabu bagi mereka, tapi tidak bagiku.
Solusi satu-satunya hanya dengan membenci mereka dengan belajar dan mempelajari dirimu sendiri. Jangan dengarkan auman mereka. Abaikan saja. Maka mimpi-mimpimu akan segera dibebaskan. Ya, kau akan merasa sangat bebas dengan jalanmu, jalan hidupmu sendiri. Kemudian buatlah surat perpisahan berlumurkan bahan bakar dan sulutkan dengan api, bakarlah dan lempar jauh ke udara. Segala macam nyeri, kebencian, dan kemunafikan yang terkabung dalam tubuh dan jiwa, bakar dan buang semuanya! Tak ada yang harus mengambil alih kemudi dalam hidupmu. Bukalah lembaran Al-kitab barumu sendiri. Para malaikat telah kembali bernyanyi, suara mereka akan kembali terdengar lagi. Dan bahkan ketika hidupmu harus berakhir di sini. Berbahagialah! Berbanggalah! Dan katakan "Selamat tinggal para pecundang!". Pergilah sekarang, Ini adalah revolusi yang kejam.
Pergilah dengan membunuh kemunafikan peraturan dalam dirimu. Teriakkan: teriakan melawan kebohongan.
Berjalanlah dan bicara bak jam yang tok-tik maupun tik-tok. Dengan Rock and Roll. Berjalanlah melalui jembatan dan tol. Dengan Brillance dan cahaya. Dengan rasa bangga mengepalkan tangan dan melawan. Kemudian lihat jalan di depanmu, lupakan mereka, tinggalkan saja mereka, jalan mereka, peraturan mereka. Dirimu adalah milikmu.

Ini bukan sebuah perumpamaan. Ini adalah hal yang mengerikan, sangat mengerikan.
Ya, aku akui itu, setelah, setelah semua yang telah ku lakukan hari ini. Aku telah mendapatkan tangan dan sayapku kembali. Dan itu terjadi pada saat itu juga. Setelah aku berhasil mengubah haluan hidup, setelah aku berhasil berputar balik, kemudian berpaling dan meninggalkan mereka. Setelah aku menentukan dan menemukan jati diriku sendiri. Jalanku sendiri.


Bojonegoro, 03 Januari 2013.
Sekedar bersuara. Semoga kau dan mereka dapat mengerti.

Kamis, 02 Januari 2014

Well Rain, Rock Me Like a Hurricane!



It's early morning
the sun had sunk
It's pretty loud
My cat is purring and scratches my skin
And it's time for a show
Desire is coming
Lust is in cages

My heart has long burst into fire
The wind whispered to me
Saying this world is a cruel place, but if all stays like this
Some questions flooded my head
Who can answer me?

I always wait endlessly
But, the only one who
could find the answer is my self

Everything will be fine
So what is wrong?
This is the moments that I wait:

The seconds will be rainy
I love rain, even though when he coming with storm.
I miss his roar. I like his touch
Then I tell them that still impose an
umbrella. "Remove your umbrella,
then melted into it with me!
"

Because a few seconds more he will come
he will runs the show

Rain.
bring the lacing outbursts
As well as the terrible shaking
Crashed;

The thirst is destroyed then gone.