Kamis, 09 Januari 2014

Potret Jalang Kemarau


Jalan setapak penuh ilalang basah yang dulu ku lewati dalam hujan, masihkah rindang pohonnya dengan tetes hujan yang menyusup di setiap lembar-lembar daunnya?

Hamparan padang hijau tempat ku bermain layangan dulu, sudah keringkah rumputnya, atau telah berganti petak-petak ladang palawija yang merengus diserang hama?

Pematang licin yang menjatuhkan ku dalam kubangan lumpur, memercikkan buncah kegembiraan, sudah menguningkah padinya? Masihkah bertengger gubuk kecil di pinggirnya?

Pohon pepaya yang dulu sering kuguncang, masihkah ada batangnya? Tebu-tebu yang biasa sejukkan dahagaku sepulang sekolah masihkah merimbun atau hilang dalam semak-semak yang merimba?

Pohon jambu perkasa yang sering ku tunggangi: Yang nyaris membuat lenganku patah, masihkah ia menantiku disana dengan buah-buah segarnya?

Ku dengar bahwa pohon besar tempatku bersembunyi dari ganasnya sinar ultraviolet sang mentari dulu, kini telah tiada. Apakah itu benar? Masihkah tergantung ayunanku disana? Atau sekedar melapukkah dia?

Segala yang tenggelam di telan masa, layaknya hujan di telan kemarau, juga sebaliknya.
Yang tersisa hanya petak-petak kenangan yang bersanding dengan bertambahnya kerutan usia.
Hanya tinggal cerita yang dapat menghangatkan para buyung sebelum tidur.

Alam indahku,
Akankah mereka enggan bereinkarnasi kembali?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar