Jumat, 03 Januari 2014

Ketika Mimpi tak lagi dapat Setinggi Langit



Melihat arloji untuk ketiga kalinya, penat dan resah ketika menunggu bus di stasiun. Sebenarnya aku tak berharap banyak pada datangnya sang bus, namun aku lebih tak tahu lagi apa yang harus ku lakukan saat itu.
Bukan lain hanya untuk pergi ke tempat lain yang jauh, begitu jauh, dan bahkan sangat jauh. Jauh sekali, menurutku. Pergi, dimana tak seorang pun enggan untuk menyapamu atau siapapun. Sesungguhnya mereka tidak bisu, namun mereka tak akan bersedia berbicara dengan siapapun yang mereka tidak ketahui. Ya, siapapun.
Kemudian ku berakhir didalam kerumunan beberapa pabrik yang penuh kotoran.
Aku berjalan menuju sebuah rumah kecil yang amat berantakan, aku meletakkan barangku, kemudian aku berbaring melemaskan otot-ototku, sesekali duduk kemudian kembali berbaring. Aku benar-benar merasa kosong dan tak berdaya di ranjang tidurku, di sekitar kehampaan, sendiri.

Aku tahu ini mungkin terdengar aneh, tapi percayalah, ini terasa.. Seperti berkunjung ke Rockville.
Lingkungan dengan limbah-limbah pabrik yang menyengat dan tak akan pernah luput dari indera penciuman. Tanah berbau seperti kotoran pada tujuh benua. Menjijikkan! Lebih menjijikkan dari kotoran dajjal. Keparat! Bau ini benar-benar menusuk tajam, menggores lubang hidung. Benar-benar sesak dan menyedihkan. Sesekali pada malam hari, aku minum air beralkohol, sendiri. Hanya sekedar untuk membayar lunas lelap pada saat akan tidur, kemudian berpura-pura tidak peduli jika kau tidak berada disini bersamaku. Karena memang menurutku tempat terindah disini adalah alam nirwana yang hanya ada di alam mimpi indahmu, yang hanya akan kau dapatkan ketika tidurmu sangat pulas. Benar-benar sulit kau temukan.
Menurutku, itu adalah cara terbaik untuk menangani semua masalahku jika aku terlalu jauh masuk ke dalamnya. Entah sesuatu yang lebih baik segera terjadi nanti atau tidak. Aku tak peduli.
Atau sesuatu itu akan menjadi terlambat terjadi nanti atau tidak. Akupun tak peduli.
Disini, semua orang hanya akan memperhatikanmu ke bawah, dan itu sangat bukan sebagaimana mestinya.

Ketika dunia menjadi raksasa, ketika dunia adalah rakasa.
Kepedihan akan segera menelan (utuh) mu. Kau akan menjerit minta tolong kepada kesia-siaan.
Para jelmaan dari Troll akan melemparmu keluar pintu. Kau akan di tendang, kemudian tak tahu arah jalan.

Inilah saat-saat dimana hidup mulai kejam dan kasar. Saat mimpi harus kau ubah menjadi kenyataan dengan tanganmu sendiri. Bicara soal mimpi, tentu kita memiliki banyak mimpi yang ingin kita wujudkan, banyak sekali, bahkan tak terbatas. Banyak kok yang mengatakan hal semacam itu. "Gapailah mimpi setinggi langit". Tentu kalimat itu sudah sangat tak asing di telinga kita. Namun yang ada di jaman sekarang, mimpi seseorang seakan di tentukan oleh orang lain. Mimpimu, seakan harus sesuai dengan keinginan mereka. Kau, seakan harus patuh terhadap yang mereka tentukan. Entah berupa peraturan-peraturan dan pembatasan-pembatasan dalam bermimpi. Inilah saat dimana kau tak dapat bernafas lega dalam hal mewujudkan mimpi, dimana kau tak dapat bebas menentukan mimpimu, saat dimana mimpi-mimpi itu mulai menyiksamu, dan saat dimana mimpi-mimpi itu mulai menggerogoti habis kebahagiaan sejatimu. Kali ini kau akan merasa benar-benar tersesat, kau tak akan bisa berpaling, kau tak bisa menoleh ke belakang, kau tak bisa berucap "Masa Bodoh!", kau harus benar-benar berjalan mengikuti arus ke depan. Kau harus taat pada peraturan yang telah mereka buat. Kau harus benar-benar merasa tertarik saat kau mulai ditarik, tak peduli jari-jarimu akan remuk, bahkan putus di tengah jalan. Mereka akan terus menarikmu dari depan, dan mencambukmu dari belakang. Hm. Mimpi memang bukan lagi mimpi, mimpi memang telah berubah menjadi semacam kewajiban yang memuakkan. Meskipun kau telah mendapat waktu istirahat, kau akan menjadi seseorang yang penuh dengan tugas, hukuman, dan tantangan. Benar-benar munafik! Menurutku.
Mungkin jika badai tak mampu membunuh mimpimu, peraturan tersebut dengan mudah dapat melakukannya.
Aku sempat berpikir, apa yang harus aku lakukan agar benar-benar bisa keluar dari kepala bedebahku sendiri. Apa yang harus aku lakukan agar aku mendapatkan hari-hari baru, dengan aroma kopi yang masih hangat dan memikat di pagi hari. Entahlah, walaupun aku baru saja menikmatinya tadi pagi, tapi aku kembali sangat merindu dan mendambanya. Karena aku tahu, aku akan sangat lama tak bertemu kembali dengannya: Hari-hari indahku, pagi sejuk dengan aroma kopi panas yang benar-benar melegakan. Demikian juga kau.
Aku tak begitu paham dengan semua hal yang ada pada jaman sekarang. Revolusi dan Evolusi diri yang aneh dan menyedihkan.
Mungkin ini sedikit tabu bagi mereka, tapi tidak bagiku.
Solusi satu-satunya hanya dengan membenci mereka dengan belajar dan mempelajari dirimu sendiri. Jangan dengarkan auman mereka. Abaikan saja. Maka mimpi-mimpimu akan segera dibebaskan. Ya, kau akan merasa sangat bebas dengan jalanmu, jalan hidupmu sendiri. Kemudian buatlah surat perpisahan berlumurkan bahan bakar dan sulutkan dengan api, bakarlah dan lempar jauh ke udara. Segala macam nyeri, kebencian, dan kemunafikan yang terkabung dalam tubuh dan jiwa, bakar dan buang semuanya! Tak ada yang harus mengambil alih kemudi dalam hidupmu. Bukalah lembaran Al-kitab barumu sendiri. Para malaikat telah kembali bernyanyi, suara mereka akan kembali terdengar lagi. Dan bahkan ketika hidupmu harus berakhir di sini. Berbahagialah! Berbanggalah! Dan katakan "Selamat tinggal para pecundang!". Pergilah sekarang, Ini adalah revolusi yang kejam.
Pergilah dengan membunuh kemunafikan peraturan dalam dirimu. Teriakkan: teriakan melawan kebohongan.
Berjalanlah dan bicara bak jam yang tok-tik maupun tik-tok. Dengan Rock and Roll. Berjalanlah melalui jembatan dan tol. Dengan Brillance dan cahaya. Dengan rasa bangga mengepalkan tangan dan melawan. Kemudian lihat jalan di depanmu, lupakan mereka, tinggalkan saja mereka, jalan mereka, peraturan mereka. Dirimu adalah milikmu.

Ini bukan sebuah perumpamaan. Ini adalah hal yang mengerikan, sangat mengerikan.
Ya, aku akui itu, setelah, setelah semua yang telah ku lakukan hari ini. Aku telah mendapatkan tangan dan sayapku kembali. Dan itu terjadi pada saat itu juga. Setelah aku berhasil mengubah haluan hidup, setelah aku berhasil berputar balik, kemudian berpaling dan meninggalkan mereka. Setelah aku menentukan dan menemukan jati diriku sendiri. Jalanku sendiri.


Bojonegoro, 03 Januari 2013.
Sekedar bersuara. Semoga kau dan mereka dapat mengerti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar