Rabu, 19 November 2014

Takdir Rembulan

Hawa rembulan memang memikat kala angin bersiur
Cahayanya gugur menerpa dedaunan melur
Berdesing-desing seperti badai yang mengguyur lebur
Tak seperti matahari yang pendarnya berangsur

Kiat-kiat para takabur yang pandai bertabir
Dan kufur yang menyelilit di sela-sela bibir
Menjerit kepada takdir yang mengalir:
"Aku sedang sekarat di tubir!"

Semula takdir tetap diam menggelontor
Cintanya hinggap pada pucuk awan bersama sekawan kondor
Menjawab teka-teki yang membising sembari berselonjor:
"Sayang, rembulan tak selebar daun kelor."


Surabaya, 19 November 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar