Sabtu, 01 Maret 2014

Balada Rock Pedesaan


Musik rock. Memang sudah tak lagi tabu bagi kebanyakan umat, khususnya di kalangan remaja. Di kalangan remaja, musik rock seakan menjadi senjata tersendiri, entah itu di gunakan untuk menunjukkan identitas sebagai rocker atau hanya sekedar di nimati saja oleh para penikmat musik rock, bahkan ada juga yang hanya sekedar pamer - pamer biar bisa di bilang wah. Dalam kalangan anak muda, biasanya Punk rock lebih dominan di minati ketimbang subgenre rock lainnya, karena dengan gaya aliran ini yang sangat agresif, menggambarkan jiwa muda yang pemberani dan jiwa pemberontak. Dan Punk rock seakan telah melekat dan telah menjadi bagian penting dari semangat kaum muda yang dinamis dan energik. Maklum lah, darah muda bung!

Kembali ke musik rock. Musik yang terkenal ampuh menggoyang - goyangkan selaput gendang telinga ini bahkan juga di minati oleh kalangan tua, bapak - bapak, atau pun kakek - kakek. Orang tua biasanya lebih gemar dan lebih nyaman mendengar Rock blues, Folk rock, Glam rock dan Hard rock. Karena selain rada kalem, (bukan kalem sih) musik dari aliran - aliran ini mengalir perlahan dan nikmat saat di dengar, walaupun di dengar oleh telinga keriput kakek - kakek.

Tanpa ba - bi - bu lagi, saya akan segera menuntaskan pembahasan saya, yaitu mengenai kondisi musik rock di wilayah pedesaan. Musik rock memang sudah jarang lagi di temukan bertengger di area pedesaan, area yang masih kental dengan etnik kebudayaan, adat/tradisi maupun keagamaan. Biasanya, orang awam lebih suka menggemari musik dangdut, campursari dan pop (pol banter).
"Kalau dangdut masih melayu, campursari masih suci dan pop masih puitis" Tentu bukan masalah. Namun di era sekarang, dangdut bukan lagi dangdut. Kalau dahulu, musik dangdut lebih dominan dengan cengkok merdu suara sang penyanyi, dan lirik - liriknya pun juga berisi ajakan - ajakan kebaikan. Seperti lagu - lagu yang di bawakan oleh raja dangdut Bang Haji Roma irama. Sekarang? Suara hancur bukan masalah, yang penting body dan cengkok tubuh memikat para lelaki hidung belang, liriknya pun sering mengarah ke hal - hal pornoaksi. Dangdut koplo misalnya. Sungguh tak berbobot dan dapat merusak moral bangsa Indonesia yang agung dan suci. *Oposeh?

Lalu bagaimana dengan musik pop di pedesaan? Marak pastinya, tetapi ironis menurut saya. Saya akui saya juga pernah menjadi penggemar musik pop, khususnya pop dalam negeri. Tetapi itu dulu, ketika lirik - lirik yang di gunakan masih puitis dan penuh teka - teki. Tidak terlalu lebay dan blak - blakan seperti lirik yang di gunakan band - band pop di era sekarang. Dulu saya sangat kagum dengan lagu - lagu dari Jikustik. Bagiku, lagu - lagunya memiliki unsur lirik yang penuh arti, dan tak jarang lho, lirik dari lagu - lagunya pernah saya gunakan untuk berpuisi merayu gadis. Dan memang ampuh, banyak yang kelepek - kelepek di buatnya. He-he-he

Tentunya anda juga paham apa yang saya maksud. Dengan kondisi yang seperti anda lihat di atas, tentunya musik rock sangat sukar di terima oleh orang - orang awam. Di desa saya pun juga begitu, musik rock seakan tak memiliki jejak yang pasti, hanya beberapa orang saja yang menghargai kiprah, seluk - beluk dan hiruk - pikuk musik rock, dalam maupun luar negeri. Sebenarnya banyak juga yang mengaku menggemari musik rock, tetapi kebanyakan hanya mengesampingkannya sebagai identitas saja. Dalam arti, musik dangdut koplo tetap di jadikan sebagai prioritas utama. Istilahnya, "Melu - melu". Ikut - ikutan saja, biar di bilang anak gaul. Ironis, memprihatinkan!

Konon di desa saya banyak juga komunitas - komunitas yang menyebut dirinya sebagai penggemar/fans pemusik rock, khususnya rock dalam negeri. Seperti Outsiders (fans Superman Is Dead), Slanker (Fans Slank) dan Kamties ( Fans Endank Soekamti). Tetapi kebanyakan adalah Outsiders. Teman saya juga banyak sekali yang turut andil dan bergabung dalam komunitas ini. Mereka sangat terobsesi dengan Superman Is Dead, band yang mungkin akan berhasil menjadi legenda Punk rock tanah air. Mereka mengoleksi semua lagu - lagu S.I.D mulai dari album awal sampai akhir, semua embel - embel tentang S.I.D pun juga sering di jiplak, mulai dari gaya rambut, gaya berpakaian juga kebiasaan. Beberapa memang ada yang hanya ikut - ikutan saja, biar di bilang tidak ketinggalan jaman. Mereka mungkin tidak tahu apa sejarah dari Punk rock dan Sejarawan - sejarawan yang pernah andil dalam Punk rock. Coba kalau dangdut koplo? Hafal pasti. He-he-he

Yang saya ketahui, Band - band punk rock luar negeri seperti Green Day, Blink 182, My Chemical Romance, System Of A Down, Bad Religion dan Social Distortion memang sudah banyak dan marak penggemarnya di desa saya. Tetapi ya itu - itu saja, legenda Punk rock seperti Sham 69, Cocksparrer, Sex Pistols, The Clash dan Buzzcock masih sedikit dan bahkan belum ada yang mengetahuinya. Bukan apa - apa sih, tetapi apakah tidak lebih afdhol jika sebagai penggemar musik punk rock harus mengetahui kiprah - kiprah pemusik punk rock luar negeri? Tentu itu malah lebih seru dan bermanfaat.

Itu saja masih dalam satu subgenre rock, belum lagi ada subgenre - subgenre rock yang lain yang patut di ketahui seluk - beluknya. Seperti Alternative rock, Art rock, Experimental rock, Garage rock, Glam rock, Gothic rock, Grunge rock, Hard rock, Heartland rock, Instrumental rock, Indie rock, Jangle pop (College rock), Krautrock, Progressive rock, Psychedelia rock, Soft rock, Southern rock dan Symphonic rock. Kebanyakan dari mereka menganggapnya tidak penting untuk di ketahui. Ssssst, padahal sebagai penikmat musik rock yang budiman, akan sangat berdosa jika mengabaikan satu unsur saja dari musik rock.

Memang ada sih, beberapa kawula muda yang tahu band - band rock legendaris seperti The Beatles (Rock 'n Roll), Nirvana (Rock Grunge) juga band - band Hard Rock seperti Aerosmith, Guns n Roses, Scorpions, Led Zeppelin, Black Sabbath, AC/DC, Deep Purple dan Kiss. Dan benar - banar hanya beberapa saja. Saya juga termasuk lho..

Kalau bicara tentang orang tua di pedesaan, kebanyakan dari mereka lebih suka mendengar gendhing atau musik tradisional dari gamelan. Saya jarang menemukan ada orang tua yang gemar terhadap musik rock di desa saya. Kok gemar, lha wong tahu saja tidak. He-he-he

Surabaya, 2014 | Hanya sekedar iseng belaka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar