Tuan, lelaki tua bermahkotakan senja yang kian luntur
Hilir keringat mengalir di tengah kubur
Mengais mimpi; terus mengais hinga lebur
Tak mungkin cahaya itu gugur
Tak mungkin secepat itu harapan hancur
Tetapi tuan, kau tampak lelah
Matamu berdarah-darah
Lidahmu bernanah-nanah
Lehermu geliat daki dan goresan tanah
Tulang yang hampir patah
Tuan, segeralah
Oh tuan, mereka mulai mendekat!
Menyingkirlah cepat!
Tertawalah sejenak, tengok mereka yang sedang bermunajat
Beberapa waktu kemudian, kembalilah erat
Raih cangkulmu dan singkirkan itu mayat
Oh jangan lupa tuan, hadapkan ia ke barat
Hilir keringat mengalir di tengah kubur
Mengais mimpi; terus mengais hinga lebur
Tak mungkin cahaya itu gugur
Tak mungkin secepat itu harapan hancur
Tetapi tuan, kau tampak lelah
Matamu berdarah-darah
Lidahmu bernanah-nanah
Lehermu geliat daki dan goresan tanah
Tulang yang hampir patah
Tuan, segeralah
Oh tuan, mereka mulai mendekat!
Menyingkirlah cepat!
Tertawalah sejenak, tengok mereka yang sedang bermunajat
Beberapa waktu kemudian, kembalilah erat
Raih cangkulmu dan singkirkan itu mayat
Oh jangan lupa tuan, hadapkan ia ke barat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar