Sudah hampir pagi ya? Oh Tuhan, mengapa harus berakhir setragis ini? Malam tak berbintang namun cukup terang dengan satu bulan saja. Lagipula.. Hai, bulan! Mau kemana? Mau tidur? Mengapa harus buru-buru? Mengapa tak kau habiskan dulu secangkir kopi ini bersamaku? Ayolah... Tak perlu malu. Kau tak lebih buruk dariku. Aku tahu kau juga sangat merindukanku. Sejak kapan kau menjadi manja begitu? Baru dua bulan lebih tak bertemu saja sudah lupa bagaimana aku. Aku mana bisa begadang sendiri tanpa temanimu? Tentu kau ingat sesuatu tentangku, bukan? Tepat sekali, ini aku bulan, kekasihmu. Tentu kau tahu, hanya aku yang selalu merindukanmu sebagai seorang pungguk. Tempatku dan singgasanamu begitu jauh. Lalu apa? Apa yang bisa dilakukan oleh seorang pungguk selain merindu? Kumohon, untuk malam ini saja. Mari berbincang soal apapun yang kau mau. Apapun itu asal kau tak mendahuluiku. Hai bulan? Kenapa diam saja? Oh tidak. Kau benar-benar telah tertidur? Mengapa bisa, bulan? Mengapa tak kau.... Hm, lupakan. Baiklah bulan, kudoakan saja semoga kau mendengar ini semua dalam mimpimu. Ketahuilah, aku sedang berjuang keras menahan rinduku padamu, rindu tak berujung saat sedang jauh seperti ini. Tak peduli 'kan kau temani melewati malam sampai benar-benar pagi atau tidak, aku akan selalu mencintaimu. Selamat tidur, bulan. Biarkan aku berandai-andai dapat mencium keningmu sebelum tidur. Tidurlah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar