Bebatuan bata saling tumpang
Tiada jendela berbingkai menyela tengah badan
Hanya kaku potret kehidupan tanpa balut selimut
Telanjang
Cinta maupun amarah tersuratkan
Remang si neon meringkih di pundak
Bebatuan bata menyeka buih asin
Bulir kecut setiap punggung yang bersandar
Menopang rekaman jejak tapak bertaburan
Terisak
Tinggal rindu mencabik kulit jantung
Banyak kata tersirat
"Dulu aku menebar hangat pada tuan dan nini.
Menjalar hingga meradang patah kini.
Saling dendam, jadikanku tak berarti lagi."
Memeriuk api itu kian menjadi pundi kelam
Tinggal rindu mencabik kulit jantung
Sekarat sudah
Tinggal jerit sepatah
"Hentikanlah!"
Tiada jendela berbingkai menyela tengah badan
Hanya kaku potret kehidupan tanpa balut selimut
Telanjang
Cinta maupun amarah tersuratkan
Remang si neon meringkih di pundak
Bebatuan bata menyeka buih asin
Bulir kecut setiap punggung yang bersandar
Menopang rekaman jejak tapak bertaburan
Terisak
Tinggal rindu mencabik kulit jantung
Banyak kata tersirat
"Dulu aku menebar hangat pada tuan dan nini.
Menjalar hingga meradang patah kini.
Saling dendam, jadikanku tak berarti lagi."
Memeriuk api itu kian menjadi pundi kelam
Tinggal rindu mencabik kulit jantung
Sekarat sudah
Tinggal jerit sepatah
"Hentikanlah!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar